Saya pernah mendengar hadist dimana ketika kita sakit Allah swt akan menggurkan dosa kita seperti pohon yang menggugurkan daunnya. Dan saya tau Allah swt memberikan cobaan kepada ayah yang sangat saya cintai:') beliau lebih mementingkan keluarganya daripada kesehatannya sendiri, yaa Mustari yusuf, beliau sosok yang sangat kuat menahan rasa sakit yang telah diderita. In syaa Allah, beliau akan tenang di Syurga Allah:) Amin yra
Kesehatan memang sangat penting....
Takdir
Senin, 13 April 2015
Kamis, 06 Maret 2014
Ayah
Untuk Ayah
Aku adalah seorang anak yang
terlahir dari sebuah keluarga kecil yang sederhana. Keluargaku terdiri dari
lima orang, yaitu Ayah, Ibu, aku, saudara kembarku dan satu orang adikku. Aku
sangat bahagia, mempunyai keluarga yang harmonis dan sangat sayang
kepadaku. Kebahagiaan selalu menghiasi
hari-hari kami walaupun terkadang terjadi keributan kecil antara aku dan
adikku, tapi kedua orangtuaku bisa memakluminya dan selalu menasehati kami tanpa
amarahnya.
Ayahku adalah seorang pekerja
swasta yang memiliki pekerjaan tidak tetap. Upah yang diterima kadang kala
kurang memenuhi kebutuhan keluarga kami, seperti biaya sekolahku, dan keperluan
rumah tangga lainnya. Namun dengan keadaan ini ibuku tak pernah mengeluh,
selalu memahami dan tidak pernah menuntut sesuatu yang lebih dari ayahku, Ibu
selalu menyambut kedatangan ayahku dengan senyum yang indah ketika Ayah pulang
kerja.
Ayahku
sangat menyayangi anak-anaknya, Ayah tidak pernah marah jika kami melakukan
kesalahan, hanya nasehat-nasehat bijak yang membuat kami malu untuk melakukan
lagi kesalahan yang sama. Aku sangat menghormati dan menyayangi ayahku, bahkan
terasa masih kurang bila dibandingkan dengan perjuangan keras yang dilakukannya
demi menghidupi keluarga kecilnya.
Ayah,
dia adalah orang yang sangat penting dalam hidupku. Aku tak bisa membayangkan
jika aku berada di posisinya. Sudah banyak kenangan indah yang kita rangkai
bersama- sama tapi itu tidak selamanya indah. Setelah dua bulan ayah sakit dan
meninggal, semuanya menjadi berubah. Aku tak ada didekatnya saat dia
menghembuskan nafas terakhir, itu adalah penyesalan yang selalu membuatku
kecewa setengah mati, tapi ibuku. Ibuku sangat sabar merawat dan menjaga ayah.
Sehari sebelum ayah meninggal, aku sempat berbicara namun ayah hanya bisa
mendengarkan apa yang aku katakan. Aku memberi semangat dan menghibur ayah
dengan sebisa mungkin.
Setiap kali aku menahan air
mataku, namun lagi-lagi aku tidak bisa melakukannya. Wajah ayah yang sendu dan
penuh ketenangan selalu hadir dalam ingatanku. Bukan hanya aku, tapi saudara
dan ibuku juga merasakan apa yang aku rasakan.
Aku bersyukur karena aku sempat merasakan
kebahagiaan, kesedihan, kesusahan,kesenangan dan semuanya bersama Ayah. Ayah
mengajarkan aku bagaimana menghargai orang, mengajarkan aku kesederhanaan,
mengajarkan aku kesabaran. Aku tau jadi seorang Ayah itu adalah hal yang sangat
susah, Tapi bagiku kau adalah Ayah terbaik.
Hari-hari kami sekarang
dilalui tanpa Ayah. Menjelang sebulan Ayah tidak bersama kami, aku mulai merasa
ada yang hilang dalam kehidupan kami, perasaan rindu akan kehadiran dan
kehangatan seorang Ayah mulai menggangguku. Aku rindu sosok yang selalu menjaga
keluarga kami. Aku rindu sosok yang selalu membuat kami bahagia. Aku rindu
sosok yang selalu tersenyum dan pelukan hangat nasehatnya. Hanya seuntai doa
yang kupanjatkan semoga Ayah diterima disisi-NYA.
Kebahagiaan yang dulu kami
rasakan telah berubah menjadi hari-hari yang penuh dengan kesedihan, Kami hanya
menunduk dan duduk terdiam tanpa kata. Sampai akhirnya dengan suara yang lembut
ibu membuka pembicaraan dan menenangkan kami
“Nak, kalian sabar ya ini sudah kehendak Allah,
kita do’akan saja ayahmu disana”
“Tapi bu, aku masih merasa ini hanya mimpi”
jawabku.
“Seandainya saja Ibu tidak menyetujuinya ” jawab ibu
dengan sedih.
“Menyetujui apa bu?”
Tiba-tiba ada tamu yang datang, ibu tidak
menjawab pertanyaanku yang tadi dan aku masih sangat penasaran.
Burung-burung segera
bertebangan di angkasa. Hal itu menandakan bahwa hujan mulai datang sore ini.
Namun, aku tak menghiraukan hal itu.
Aku masih tidak percaya dengan
kejadian itu, hanya diam tanpa sepatah katapun. Aku bertanya-tanya kenapa ayah
terlalu cepat diambil oleh Allah? Selalu kubertanya dalam hati dan selalu saja
tak bisa kutemukan jawabannya.
Beberapa hari kemudian.
Aku harus membiasakan
diri hidup tanpa seorang Ayah. Mungkin itu sangat sulit, namun inilah takdir
dan harus kujalani. Awalnya memang susah untuk menerima takdir ini, tapi lama
kelamaan susah itu menjadi mudah.
Hari ini tepat tanggal
24 desember 2013 adalah hari ulang tahun ayahku. Tapi sayangnya kita tidak bisa
merayakannya lagi seperti tahun kemarin. Aku, ibu dan saudara- saudaraku berziarah
ke makam ayah, kami membersihkan dan mengirimkan do’a untuk ayah. Aku tak bisa
menahan rasa rindu ini, tetesan air mataku pun tidak bisa kubendung.
Maafkan aku Ayah, aku
belum sempat untuk membahagiakanmu, membalas semua jasa-jasamu. Kini aku hanya
bisa mengirimkan do’a untukmu.
Inilah takdirku yang
sudah dikehendaki oleh Allah swt, Dan aku akan
mengubah takdirku dengan caraku sendiri. Aku yakin dengan do’a, usaha
dan kesabaran yang kuterapkan dalam
hidupku aku pasti bisa.
Kini
aku, ibu dan saudara- saudaraku mencoba untuk menjalani hidupku seperti
biasanya. Semoga Allah menjaga keutuhan dan kebahagiaan keluarga kami. Amin.
Senin, 24 Februari 2014
Saat takdir berkata lain
Aku bersyukur karena aku sempat merasakan kebahagiaan,
kesedihan, kesusahan, kesenangan dan semuanya bersama Ayah. Ayah mengajarkan aku
bagaimana menghargai orang, mengajarkan aku kesederhanaan, mengajarkan aku
kesabaran. Aku tau jadi seorang Ayah itu adalah hal yang sangat susah, Tapi
bagiku kau adalah Ayah terbaik.
Tak pernah mengeluh... itulah Ayah. Kau menutupi kesakitan itu dengan menebarkan senyuman di bibirmu, Ayah... Kau sangat tegar, aku tau kau tak betah di RS, selalu ingin pulang, apa mungkin itu karena kau rindu dengan kami(?) ---– Kamipun rindu denganmu:”)
03 oktober 2013.... Kau
cium keningku, memeluk erat tubuhku, kucium pipimu dan meneteskan air mata yang
tak ada habisnya . Saat-saat seperti inilah yang tak ingin aku akhiri!
“Ya Allah hanya satu yang aku minta, aku hanya ingin
kesembuhan Ayahku saat ini. Aku ingin melihatnya sehat sedia kala, Aku ingin
melihat ia tertawa lagi” – Do’aku
Tiada hari tanpa mengingatmu........
20 oktober 2013....” Allah berkehendak lain”
Inilah takdirku,
Allah sudah mentakdirkan Ayah pergi. Aku tak pernah mengharapkan ini terjadi,
bertahun-tahun kita bersama merangkai kenangan indah, kita jalani semua masalah
yang ada.
21 oktober 2013 , Kali ini benar-benar terakhir... Aku tidur
didekatmu, kucium keningmu yang dingin, kupeluk erat tubuhmu yang kaku,kubacakan
surah ditelingamu, kutatap matamu dengan
harapan kau membuka matamu (kembali).
Maafkan aku Ayah... aku belum sempat untuk membahagiakanmu,
membalas semua jasa-jasamu. Kini aku hanya bisa mengirimkan do’a untukmu.
Inilah takdirku.......... Dan aku akan mengubah takdirku dengan caraku sendiri. Aku
yakin dengan do’a, usaha dan kesabaran
yang kuterapkan dalam hidupku aku pasti bisa.
Aku harus membiasakan diri hidup tanpa seorang Ayah. Mungkin
itu sangat sulit, namun inilah takdir dan harus kujalani.Awalnya memang susah
untuk menerima takdir ini, tapi lama kelamaan susah itu menjadi mudah.
Yakinlah, dibalik suatu masalah pasti ada hikmahnya!
“Janganlah sia-siakan Ayah ataupun Ibu kamu selama ia masih
hidup, hargai mereka, jangan membuat mereka meneteskan air mata sedikitpun
karena kelakuan (nakal) mu. Kebanggaanmu adalah senyuman dari kedua orang tuamu
”

Langganan:
Postingan (Atom)